08 Juli 2025

FORKOPIMCA BENDO TURUN TANGAN: JERITAN LINGKUNGAN DESA SETREN DAN HARAPAN MUSYAWARAH UNTUK PARA PENGGALI

MAGETAN – Pemandangan pilu kian hari kian jelas terlihat di Desa Setren, Kecamatan Bendo. Hamparan kebun hijau yang dulunya subur kini tergantikan dengan lubang-lubang menganga bekas galian tanah. Kondisi ini tak hanya merusak estetika, namun juga menimbulkan dampak lingkungan yang semakin memprihatinkan, mengancam keberlanjutan hidup ekosistem.

Menanggapi keluhan masyarakat yang semakin gencar, Forum Komunikasi Pimpinan Kecamatan (Forkopimca) Bendo akhirnya turun tangan. Pada Selasa (8/7) kemarin, jajaran Forkopimca yang dipimpin langsung oleh Camat Bendo, Ibu Hermin, bersama perwakilan dari Polsek dan Koramil Bendo, melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke lokasi galian tanah di Desa Setren.

Setibanya di lokasi, rombongan Forkopimca disuguhi pemandangan yang memprihatinkan. Tanah bekas galian terhampar luas, menyisakan cekungan dalam yang di beberapa titik mulai terisi air hujan, membentuk kubangan-kubangan keruh. Akses jalan menuju lokasi pun terlihat rusak parah, dilewati truk-truk pengangkut tanah yang tak henti beroperasi. Debu-debu tebal beterbangan setiap kali kendaraan melintas, mencemari udara dan mengganggu pernapasan warga sekitar.

"Kami sangat prihatin dengan kondisi ini. Dampak lingkungan yang ditimbulkan sudah sangat nyata dan mengkhawatirkan," ujar Ibu Hermin dengan nada sendu saat meninjau salah satu titik galian. 

Musyawarah sebagai Solusi: Harapan untuk Lingkungan yang Lebih Baik

Namun, di tengah keprihatinan yang mendalam, ada secercah harapan. Dalam sidak ini, Forkopimca Bendo tidak hanya menyoroti masalah, tetapi juga membawa solusi. Mereka berencana untuk segera mengajak para penggali tanah bermusyawarah guna mencari jalan keluar terbaik untuk masalah kerusakan lingkungan ini.

"Kami memahami bahwa aktivitas galian ini mungkin menjadi mata pencaharian bagi sebagian warga. Oleh karena itu, kami tidak ingin langsung melarang, namun kami ingin mengajak mereka duduk bersama, mencari solusi yang win-win," jelas Ibu Hermin. "Tujuan kami adalah bagaimana aktivitas ekonomi tetap berjalan, namun lingkungan juga harus terjaga dan direhabilitasi."

Musyawarah ini diharapkan dapat membuka ruang dialog antara pemerintah, masyarakat, dan para pelaku galian. Melalui dialog yang konstruktif, diharapkan dapat disepakati langkah-langkah konkret untuk meminimalkan dampak negatif, seperti pengaturan jam operasional, mengatur kedalaman galian, penanaman kembali lahan bekas galian, atau mungkin relokasi ke area yang lebih sesuai.

Kepala Desa Setren, Bapak Sunarto, yang turut mendampingi sidak, juga menyambut baik rencana musyawarah ini. "Kami berharap dengan adanya musyawarah, ada kesepahaman bersama. Kami tidak ingin ada pihak yang dirugikan, baik itu warga maupun para penggali. Yang terpenting, lingkungan kami harus diselamatkan," harapnya.

Sidak ini menjadi tamparan keras bagi semua pihak untuk lebih peduli terhadap lingkungan. Jeritan alam di Desa Setren adalah panggilan bagi kita semua untuk bertindak, sebelum kerusakan yang ditimbulkan menjadi semakin parah dan tak dapat diperbaiki. Harapan kini tertumpu pada langkah konkret Forkopimca Bendo dan kesadaran para penggali agar masa depan Desa Setren kembali tersenyum, hijau, dan lestari.

PRABOWO SETYA PUTRA, S.KOM (KEPALA WILAYAH / KEPALA DUSUN IV)    TRI HARYATI (SEKERTARIS DESA)    LENY SETYOWATI (KAUR TATA USAHA DAN UMUM)